Hi, guest |Welcome toBelajar Jadi Pengusaha| Register | Sign in

Saturday, December 17, 2016

Kecipir.com : Jualan Sayur Organik via Aplikasi Online

. Saturday, December 17, 2016
1 comments

Kecipir.com : Jualan Sayur Organik via Aplikasi Online


Kecipir.com : Jualan Sayur Organik
Jualan sayur di internet ? apakah laku? Demikian pertanyaan yang ada di benak hampir semua orang ketika mendengar keinginan 3 sahabat ini untuk berjualan sayur mayur di internet. Namun kegigihan mereka bertiga mampu merubah pandangan orang-orang tersebut. Memang mindset kita sekarang ini sudah “go online” jadi apapun barang yang dijual via internet laku keras bak kacang goreng.

Adalah Budhi Dyah Sitawati (Komisaris Independen PT Maybank Indonesia Tbk), Edy Hendras (Yayasan Pendidikan Konservasi Alam), dan Tantyo Bangun (Chairperson International Animal Rescue) tiga orang yang sudah bersahabat sejak kuliah ini yang memiliki gagasan tersebut diatas. Pada tahun 2015 tepatnya bulan April 2015, mereka mendirikan kecipir.com, sebuah start up yang bergerak pada distribusi sayuran organik dan beroperasi pada bulan September 2015.  Berawal dari keprihatinan terhadap petani sayuran organik yang kesulian memasarkan dagangannya, mereka akhirnya berkreasi untuk menjadi jembatan penghubung antara petani dengan konsumennya.

Tantyo Bangun, CEO Kecipir.com mengatakan bahwa ide pendirian layanan tersebut adalah ketika dirinya melakukan kegiatan di Greenweb yang disponsori Chevron Indoenesia.
“Saat itu kami mengkomunikasikan pertanian terpadu di wilayah Gunung Halimun- Salak. Setelah beberapa lama kami melihat bahwa akses pasar menjadi salah satu masalah terbesar untuk pertanian organik.  Kemudian kami memikirkan caranya, yakni dengan membuat platform yang membantu distribusi langsung hasil pertanian organik,” jelas Tantyo.

Selama ini banyak kesulitan yang dialami petani untuk memasarkan produk organik mereka khususnya terkait dengan rantai distrubusi yang cukup panjang. Oleh karena itu, kecipir.com berupaya menyederhanakan rantai distribusi, sehingga petani dapat mendistribusikan hasil panen ke konsumen. Dengan menjual melalui kecipir.com, para petani mendapatkan keuntungan berupa kenaikan harga jual menjadi 30% dari sebelumnya yang hanya 15 % ketika melalui perantara atau langsung ke konsumen. Dan para pembeli pun merasa diuntungkan karena kemudahan mereka dalam membeli produk yaitu dengan menggunakan aplikasi yang diunduh dari play store Android atau App Store iOS dan mereka juga dapat membeli hasil panen dengan harga yang diklaim hingga 50 persen lebih rendah dibandingkan dengan harga yang ditawarkan supermarket

Sebagai gambaran, saat ini, Kecipir menjual sekitar 180 jenis pangan organik dalam kategori sayur daun, sayur buah, atau buah-buahan organik, ada juga ayam probio dan juga mad. Tak kurang 130 agen atau distributor melayani lebih dari dua ribu pelanggan di kawasan Jabodetabek.  Hosting (distributor) tersebar di setiap kawasan di Jabodetabek sehingga  memudahkan konsumen untuk mengambil barangnya setelah mereka melakukan pemesanan.  Saat ini, nilai perdagangan pasar sayur-sayuran organik di Jabodetabek diperkirakan mencapai US$ 75-100 juta/tahun. Sungguh pasar yang sangat besar dan menjanjikan sehingga masih terbuka peluang untuk mencapai kesuksesan di sektor tersebut. Untuk pengembangan ke depannya kecipir.com akan merambah nenerapa kota lain di Indonesia seperti Yogyakarta, Bali, Surabaya, dan Kalimantan mengingat permintaan dari daerah-daerah tersebut cukup besar.

Hingga saat ini, kecipir.com berhasil mendapatkan banyak penghargaan terkait dengan sepakterjang mereka dalam membantu para petani organik. Salah satunya adalah Sankalp Southeast Asia Awards 2016 yang digelar di Jakarta beberapa waktu yang lalu.

Tuesday, December 22, 2015

Nugget Jamur Tiram ala Gracia Puspita Suciono

. Tuesday, December 22, 2015
0 comments

Gracia Puspita Suciono
Gracia Puspita Suciono (Foto: MyOyeah - detikfinance)
Ingin menikmati Nuget dengan sensasi baru ? Agaknya anda perlu menikmati nuget dengan merk Hiratake Chees Nugget ini. Berbeda dengan produk-produk sejenis, nuget yang diroduksi seorang wirausaha muda bernama Gracia Puspita Suciono ternyata terbuat dari jamur tiram. Dan inilah yang menjadi keunggulan nuget rasa baru ini karena produk ini lebih sehat dan bisa dikonsumsi oleh semua kalangan, termasuk vegetarian karena tanpa menggunakan bahan dari daging.

Dengan dibantu oleh 13 orang karyawannya, Gracia mampu membuat  6 ton nuget per bulan dengan omzet mencapai Rp 100 juta. Suatu nilai yang cukup besar bagi seorang pengusaha muda yang baru memulai usahanya pada tahun 2011 ini. Untuk pemasaran, Hiratake Chees Nugget yang diklaimHiratake Cheese Nugget dibuat tanpa menggunakan bahan pengawet dan vetsin ini sudah merambah ke berberapa kota besar di Indonesia khususnya yang berada di jawa serta Pontianak dan Belitung, bahkan untuk beberapa waktu mendatang pasar Malaysia dan Singapura sudah mulai dibidik.

Salah satu hal yang menjadi kendala Gracia dalam mengendalikan bisnisnya tersebut adalah masalah pemasaran serta edukasi bagi distributor dan pelanggan. Hal itu perlu dilakukan karena Hiratake Chees Nugget dibuat tanpa menggunakan bahan pengawet sehingga diperlukan perlakuan khusus dalam penyimpanannya. Jika disimpan dalam freezer, nuget buatan Gracia ini bisa tahan sampai 6 bulan.

Sumber: http://finance.detik.com

Inovasi Baru: Tas Cantik dan Sepatu dari Kulit Ikan

.
2 comments


Sepatu kulit ikan
Sepatu dan Tas Kulit Ikan (Foto : Lani Pujiastuti-detikfinance)
tas kulit ikan
Sepatu dan Tas Kulit Ikan (Foto : Lani Pujiastuti-detikfinance)
Kulit ikan merupakan salah satu barang sisa produksi perikanan yang memerlukan penanganan khusus untuk pemanfaatannya, sehingga tak heran jika banyak yang terbuang secara sia-sia. Namun demikian kondisi ini tidak berlaku bagi Ningsih, perempuan muda asal Tangerang yang merupakan owner dari Pinneaple Shoes. Ditangan wanita berparas manis ini,  kulit ikan kakap, nila, dan kaci-kaci bisa diubah menjadi sepatu dan tas perempuan yang kualitasnya tak kalah dengan produk dari bahan lain.

Demi mendapatkan bahan baku baku yang berkualitas, Ningsih membeli kulit ikan dari nelayan yang menjadi binaan Dinas Perikanan dan Kelautan DKI. Kulit ikan yang punya tekstur unik dan tebal tersebut lalu Ia bawa ke penyamak khusus kulit ikan dan diproses selama kurang lebih 10 hari. Dalam kondisi biasa, 7 lembar kulit ikan bisa dia habiskan demi membuat 1 pasang sepatu yang cantik dan unik. Untuk modelnya, sengaja dia membebaskan pelanggan untuk memilih sesuai model mereka sendiri, meskipun tersedia juga katalog model untuk tas dan sepatu yang sudah pernah dibuat.

Untuk memperoduksi sepatu dan tas tersebut, dara yang memperkerjakan 4 orang penjahit dan tukang pol bisa membuat  5 pasang sepatu flat shoes atau 2 pasang heels dalam sehari.  Sepatu-sepatu cantik tersebut dia tawarkan seharga Rp 250.000-500.000/pasang, sedangkan tas jinjing wanita ditawarkan mulai Rp 1,5 juta.

Bagaimana? Tertarik dengan sepatu yang tidak biasa ini?


Sumber: http://finance.detik.com




Wednesday, April 29, 2015

Growbox: Penyedia Media Tanam Jamur dengan Omzet Puluhan Juta

. Wednesday, April 29, 2015
3 comments

Peluang usaha bisa datang dari mana dan siapa saja. Bagi seseorang yang memiliki jiwa wirausaha, menangkap dan menciptakan peluang merupakan salah satu kemampuan yang harus di asah dan ditumbuhkan setiap saat. Demikian halnya dengan 4 anak bangsa yang di gawangi oleh Annisa, Aldi, Adi, dan Robby ini yang berhasil menangkap peluang yang terbuka lebar seiring dengan maraknya budidaya jamur tiram.  

Dengan menggunakan label Growbox, keempat pemuda dari latar belakang pendidikan yang berbeda tersebut membuat dan menyediakan media tanam untuk jamur tiram. Salah satu keunggulan dari media tanam GrowBox ini adalah bisa digunakan sebagai media tanam berbagai jenis jamur, seperti: tiram putih, tiram kuning, tiram biru, tiram coklat, dan tiram pink. Selain itu, harganya yang relative terjangkau yaitu Rp75 ribu per box membuat produk mereka banyak diminati para petani jamur di berbagai pelosok nusantara hingga beberapa negara lainnya. 

Untuk menggaet konsumen, Growbox melakukan penjualan melalui website (online) dan offline yaitu dengan menitipkan produk mereka di beberapa toko di mall Jakarta. Mengingat pangsa pasarnya bukan hanya di satu daerah, maka tidaklah mengherankan jika pendapatan dari online lebih besar dari penjualan offline. Saat ini, pendapatan yang didapat dari pangsa online mencapai 80% dari omset mereka. Penjualan terbesar di Kota Jakarta, Bandung, Surabaya. Sedangkan pasar luar negeri, sudah ada permintaan barang dari Singapura, Thailand, dan AS. Dengan pangsa pasar yang luas tersebut menjadikan omset yang mereka dapatkan cukup menggiurkan. Sampai dengan saat ini, setiap bulan Growbox harus menyediakan 500-1000 box media tanam jamur yang apabila dinominalkan omset yang mereka dapat adalah  Rp20 juta-40 juta/bulan.

Mengingat usaha mereka belum lama, masih kisaran beberapa tahun tidaklah mengherankan jika berbagai kendala masih menghadapi mereka. Salah satunya adalah pengenalan produk terhadap calon konsumen, mengingat budidaya jamur adalah kegiatan yang belum banyak dikenal orang. Selain itu, keterbatasan produksi juga menjadi permasalahan tersendiri bagi mereka. Pada saat banyak order yang masuk, kadangkala stock masih kosong, sehingga mereka harus mencari petani ke berbagai daerah yang dijadikan sebagai mitra kerja sehingga dapat memenuhi kuantitas

Salah satu strategi bisnis yang dijalankan agar Growbox selalu mendapat hati para konsumen adalah dengan membuat konsep “Zero Waste Management”. Konsep tersebut mengandung maksud bahwa Growbox ingin mengolah kembali limbah serbuk kayu menjadi baglog, yaitu media tanam berupa kayu gelondongan. Setelah growbox tumbuh, sisanya ditaburkan ke tanah jadi tanaman lebih subur. bata, panel, dll. Untuk ke depannya, mereka ingin menjadikan serbuk kayu tersebut sebagai bahan bangunan. Sekarang lagi tahap awal pembangunan rumah percontohan di Bandung. 

(Sumber: www.swa.co.id)

Sunday, March 8, 2015

Perjalanan dari Sopir Angkot menjadi Pengusaha Mebel

. Sunday, March 8, 2015
3 comments

Mebel Ukir Jepara
Sukses, ternyata tidak hanya domonopoli oleh orang yang berasal dari keturunan  saudagar besar saja, banyak sekali orang sukses yang justru berasal dari rakyat kebanyakan.  Salah satunya adalah H Nurul Faiz  salah seorang pengusaha mebel yang cukup besar di Jepara Jawa Tengah. 

Berbagai macam pekerjaan sudah dilalui dalam upaya mencapai kemandiriannya. Dari buruh mebel, sopir angkot, tukang servis dan bobok, calo surat pass sampai kini menjadi pengusaha merupakan buah dari perjuangannya. 

Karirnya di bidang permebelan banyak dipelajarinya semenjak menjadi buruh mebel dan calo surat pass di Kantor Perhutani.  Peruntungan mulai berpihak kepada H. Nurul Faiz saat  beliau  ketemu dengan bos yang kemudian memberinya pekerjaan di bidang perkayuan.  Ia pun semakin banyak pengalaman dalam perkayuan maupun mencari buyer.  Masa keemasan usaha mebelnya adalah tahun 1997 saat bersamaan dengan krisis moneter yang melanda Negara kita. Kebetulan pada saat  itu dia sudah mengekspor mebelnya ke berbagai Negara, sehingga kenaikan nilai tukar dolar membuat keuntungannya semakin berlimpah ruah

Bukan berarti usahanya tidak pernah mengalami permasalahan. Pada Tahun 2000, usaha mebelnya hamper mengalami kebangkrutan karena dia ditipu oleh salah seorang mitra bisnisnya.  Hal itu tidak membuatnya terpuruk, tapi justru digunakan sebagai media evaluasi terhadap semua usahanya.  Sejak tahun 2001 ia telah memiliki 4 buyer untuk usahanya bergerak dibidang supplier kursi, meja, bangku, lemari hias dll.  Kini beliau sudah memiliki 3 gudang dengan  ratusan pekerja yang terdiri dari bagian tukang ampelas, servis, packing dan staf kantor.

Dengan modal ketekunan, kesabaran dan kepercayaan kepada Tuhan, pengusaha yang sudah menjadi yatim semenjak anak-anak itu kini sudah menjadi salah seorang pengusaha yang cukup besar. Semoga perjalanan usaha beliau bisa menjadi inspirasi bagi kia semua

(Disarikan dari : www. soearamoeria.com)

Thursday, February 26, 2015

Belajar dari Jack Ma, Pendiri Alibaba yang Berjuang dari Nol

. Thursday, February 26, 2015
4 comments

Salah satu Milyuner yang cukup terkenal di China karena perjuangan dan kegigihannya dalam berbisnis dari nol adalah Jack Ma.  Bukan berasal dari keluarga yang kaya raya serta dikenal sebagai mahasiswa berotak  pas pasan saat kuliah tidak membuatnya terpuruk, tapi justru dapat dijadikan sebagai batu loncatan. Saat Ini, Jack Ma dikenal sebagai pendiri Alibaba, perusahaan e-commerce terbesar di China yang bersaing ketat dengan eBay milik Amerika

Dalam menjalani kehidupannya, Jack Ma kenyang dengan yang namanya penolakan. Dimulai ketika mendaftar kuliah, dia sempat di tolak 3 kali oleh universitas yang ditujunya. Selepas kuliah, penolakan juga masih menghantui hidupnya. Tak kurang 30 kali dia ditolak oleh perusahaan-perusahaan ketika melamar pekerjaan.  Ketika mau mendaftar jadi polisi, dia dibilang tidak pantas, melamar di KFC dia juga tidak diterima.

Kehidupannya mulai berubah ketika pada tahun 1999  bersama temannya mencoba  membuka perusahaan baru di bidang e-commerce yang diberi nama Aliplay.  Perusahaan ini pada awalnya bergerak di bidang  jual beli antar kurs dalam perdagangan internasional. Suatu bentuk usaha yang saat itu dipandang tidak prospektif. Dengan perjuangan dan kreatifitasnya, dia bisa membalikkan cercaan dari banyak orang.  Melalui perusahaannya kini dia mampu menarik 100 juta orang setiap harinya untuk memanfaatkan produknya bersaing ketat dengan   eBay yang saat ini mempimpin sebagai perusahaan e comerce terbesar di dunia. 

Beberapa pelajaran yang dapat dihadapi dari kisah hidupnya adalah bagaimana dia tidak mengalami keputus asaan meskipun banyak mengalami penolakan serta kepercayaan dirinya yang tinggi untuk membangun dan mengembangkan perusaan dengan modal kreatifitas yang dia miliki. Semoga teman-teman semua mampu memetik pelajaran dari Jack Ma, salah satu tokoh yang cukup berpengaruh di dunia ini. 

Saturday, February 7, 2015

Matoa, Jam Tangan Kayu Gaul untuk Kaum Muda

. Saturday, February 7, 2015
3 comments

Lucky Danna Aria

Industri kreatif merupakan salah satu peluang usaha yang saat ini cukup potensial. Meskipun banyak terjadi krisis keuangan, pengalaman membuktikan bahwa industry ini masih terus eksis hingga sekarang.

Adalah Lucky Danna Aria, salah satu pelaku usaha industry kreatif yang bergerak di bidang pembuatan jam tangan berbahan kayu dengan merk Matoa. Bukanlah suatu hal yang kebetulan jika Lucky yang sebelumnya sempat bekerja sebagai Head of Marketing Communication di salah satu usaha kue ini tertarik pada pembuatan jam tangan berbahan kayu.  Bermula dari kegelisahannya ketika membeli jam tangan kayu buatan Amerika Serikat dan usut punya usut akhirnya ketahuan kalau kayu yang menjadi bahan baku jam tersebut berasal dari Indonesia.

Akhirnya dia belajar untuk membuat jam tangan berbahan kayu tersebut selama satu tahun penuh. Suatu hal yang mungkin aneh bagi sebagian orang.  Dan akhirnya, dengan dibantu oleh seorang koleganya dalam kegiatan produksi, dia berhasil meluncurkan produk pertamanya. Untuk tahap awal, di bulan pertama dia berhasil membuat dan menjual 100 unit jam tangan berbahan kayu dengan tipe Rote, Sumba dan Flores.  Produk yang di banderol dengan harga Rp 890.000 per unit ini menyasar anak muda sebagai pangsa pasarnya. Dan akhirnya pada bulan ke dua, produk jam tangan kayu Matoa mulai dikenal dan di cari oleh konsumennya. Bahkan Lucky berhasil menembus pasar Jepang yang selama ini sulit ditembus oleh pengusaha yang baru mulai.
Foto: www.swa.co.id
Agar kualitas produknya terus terjaga, Lucky terus memonitoring tim produksinya. Untuk bahan baku, dia telah menetapkan hatinya pada dua jenis kayu yang terkenal dengan kualitasnya yang tinggi yaitu kayu Eboni Makasar dan Maple. Salah satu daya tarik yang membedakan prodak Matoa dengan produk sejenis dari luar negeri adalah proses pembuatannya yang didominasi oleh tenaga manusia.

Yang namanya perjalanan bisnis, pasti tidak selalu berjalan dengan mulus, kadang diatas dan kadangkala di bawah.  Masa-masa suram produksi jam tangan berbahan kayu ini terjadi ketika Matoa sempat terancam tutup karena rekan bisnis Lucky tidak sanggup untuk melanjutkan  produksinya.   Sehingga mau tidak mau dia harus memproduksi barang tersebut sendiri.

Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya penjualan jam tangan dari kayu milik Lucky mulai menaik lagi. Bahkan saat ini dalam waktu sebulan dia sudah mampu menjual 400-500 unit, sebuah angka yang membuat konsumennya harus sabar menunggu selama 2 minggu untuk memesan produknya.

Untuk memasarkan produk hasil karyanya, Lucky mengandalkan strategi getok tular atau melalui mulut ke mulut. Sebagai produk yang relative baru, dia menganut prinsip bahwa produk Matoa harus diperbincangkan sebanyak mungkin orang.  Berbagai jalur ia gunakan, termasuk tampil di situs produk dan media sosial, terutama Instagram dan Twitter.

Sebagai salah satu bentuk pengembangan usaha, Lucky juga mulai menambah produk lain namun dengan tema yang sama yaitu lifestyle dengan bahan yang sama. Dasi kupu-kupu dan speaker akystik berbahan kayu sudah mulai di liriknya. Bahkan cita-citanya ke depan Lucky ingin menggarap produk yang lebih menantang namun menjanjikan yaitu Matoa Living untuk produk furniture

Sumber: http://peluangusaha.kontan.co.id/

Tuesday, February 3, 2015

Kakak-adik mendunia meski tanpa gelar sarjana

. Tuesday, February 3, 2015
2 comments

Terlahir dari keluarga dengan ekonomi pas-pasan tak lantas membuat Arfi’an Fuadi dan M. Arie Kurniawan berhati kecil. Mereka justru punya mimpi besar. Tak ada yang menyangka, dua kakak beradik asal Salatiga, Jawa Tengah, ini sukses sekarang.
Mereka adalah tamatan sekolah menengah kejuruan (SMK). Arfian lulus dari SMKN 7 Semarang pada 2005. Adapun adiknya, Arie, menamatkan sekolah di SMKN 3 Salatiga pada 2009.  Namun, passion bidang teknik melekat erat pada diri Arfian dan Arie. “Sejak kecil, kami menyukai hal-hal yang berbau desain,” kata Arfian yang sempat menjadi penjual susu dan tukang tambal ban selepas lulus SMK ini.
Meski demikian, dulu dia tidak punya kesempatan untuk mendalami bidang desain secara formal. Alfian kerap meminjam komputer sepupunya untuk mengasah kemampuan desain. Tak jarang pula, dia menjelajahi dunia maya untuk belajar mengenai teknik desain.

Pada 2009, Arfian sempat bekerja di kantor pos. Dari seorang penjaga malam, dia dipercaya menjadi petugas di loket pengiriman surat. Dari pekerjaan itu, Arfian bisa menabung untuk membeli komputer bekas. “Dari tabungan terkumpul  Rp 1,5 juta dan diberi tambahan uang dari ayah, hingga saya bisa beli komputer,” ujarnya.
Bermodal komputer bekas itu, Arfian mendirikan perusahaan desain, Dtech-Engineering pada 2009. Dtech merupakan perusahaan desain mekanik. Lingkup bisnis mereka adalah mechanical engineering, mechanical designing, product design, serta finite element analysis.

Tak perlu menunggu lama, Dtech langsung mendapatkan klien yang berbasis di Jerman. Arfian bilang, tak sulit mendapatkan klien internasional. “Saya daftar di salah satu situs freelance, Elance.com. Lewat situs itu, semua perusahaan yang butuh tenaga desain bisa langsung menghubungi Dtech,” jelas dia.
Proyek pertama Dtech adalah  membuat desain komponen alat ukur perangkat medis. Dari proyek pertamanya, Dtech mendapat penghasilan US$ 15, yang langsung terpakai untuk membeli software pendukung proses desain.

Tak hanya untuk mencari proyek, situs itu juga memungkinkan klien Dtech memberikan feedback. Jadi, calon klien bisa tahu kualitas pekerjaan Arfian dan Arie. Hal ini memungkinkan Dtech mengantongi referensi. Bahkan, klien bisa memberikan nilai kepuasan bekerjasama dengan Dtech.
Selama lima tahun berjalan, Dtech selalu mendapat nilai bagus dalam hal kualitas. Terbukti, customer satisfaction ranking perusahaan ini mencapai angka 4,98 dari 5. Elance.com sebagai situs freelance terbesar di dunia malah memberikan nilai 5 dari 5.
Di samping itu, sekitar 40%–60% klien Dtech merupakan repeat customer. Bahkan, Arfian dan Arie sering menolak proyek. Bukannya sombong atau pilih-pilih, penolakan itu karena proyek yang datang di saat bersamaan terlalu banyak. Maklum, Dtech hanya tim kecil yang terdiri dari tujuh orang. “Dalam sebulan, ada sekitar 30–40 order yang terpaksa tidak diterima,” tandas Arfian.

Sejauh ini, Dtech sudah melayani lebih dari 150 klien dari berbagai belahan dunia, seperti Amerika, Eropa, Singapura, Australia, dan Selandia Baru. Order yang diterima pun sangat beragam, mulai dari membuat gantungan kunci yang kecil, sampai membuat sasis mobil dan ultralight aircraft.
Saban bulan, Arfian biasanya mengerjakan 10 hingga 20 proyek. Namun, bila proyek yang dikerjakan berskala besar, mereka hanya menerima 5 proyek. Tiap proyek desain dikerjakan dalam kurun waktu yang sangat beragam. “Ada proyek yang selesai dalam waktu beberapa jam, tapi ada juga yang sampai setahun,” ucap dia.
Kerjasama dengan klien tak hanya berdasarkan proyek.  Kata Arfian, ada juga klien yang menerapkan sistem kontrak selama enam bulan. Tarif yang dipatok Arfian dan Arie saat ini sekitar Rp 175.000 atau sekitar US$ 15–US$ 20 per jam untuk tiap orang.

Tertipu klien
Bekerjasama dengan klien dari luar negeri disebut keduanya sebagai pengalaman menarik. Menurut pengamatan mereka, klien mancanegara lebih terbuka dan fleksibel.
Meski tak punya gelar akademik, klien tak pernah meremehkan karya mereka. “Klien tak memasalahkan ijazah, berbeda klien lokal yang masih memandang gelar,” tegas Arfian.
Namun, Arfian pernah punya pengalaman buruk soal klien. Lantaran komunikasi hanya lewat e-mail dan Skype, Dtech pernah ditipu klien dari Amerika. Pada 2012, mereka mendapat proyek untuk membuat pulpen berbahan aluminium. Mereka sudah mengerjakan 30% dari total 400 buah pulpen yang diminta. Namun, pesanan itu ternyata tidak dibayar.
Pengalaman pahit itu tak membuat mereka patah arang. Malahan, setelah kejadian itu, Arfian dan Arie semakin bersemangat mencari order baru. Tahun lalu, misalnya, Dtech dipercaya mengerjakan proyek serupa dengan tadi, yakni membuat pulpen eksklusif, dari bahan aluminium dan batok kelapa. Pulpen tersebut lantas terjual dengan harga US$ 79–US$ 99 per unit.

Dengan pencapaiannya ini, Arfian dan Arie tak pelit berbagi ilmu. Tahun ini, mereka mulai membuka kelas gratis untuk orang-orang yang punya minat serupa. “Kami sudah belajar banyak dari klien, jadi sekarang kami mau berbagi juga dengan anak muda lain yang tertarik bidang design engineering,” kata Arfian. 
Selain itu, masih ada mimpi yang ingin diwujudkan oleh Arfian, yakni melanjutkan kuliah. Alih-alih mengambil jurusan teknik atau desain, Arfian justru lebih tertarik mempelajari bisnis. “Kalau bidang yang sekarang bisa saya pelajari dari buku, internet, atau teman-teman. Tetapi saya mau mendalami bisnis untuk membesarkan Dtech,” tutur dia.   

Ngetop usai mengalahkan lulusan Oxford
Meski sudah menggeluti bisnis desain mekanik sejak 2009, baru tahun ini nama Arfian Fuadi dan M. Arie Kurniawan dikenal banyak orang. Kakak beradik ini tenar setelah memenangkan kompetisi 3D Printing Challenge yang diadakan General Electric, beberapa bulan lalu.
Arfian dan Arie berhasil merancang komponen pesawat jet generasi terbaru. Sebelumnya, berat komponen yang asli mencapai 2.033 gram. Mereka bisa mengurangi bobotnya menjadi hanya 327 gram.

Prestasi ini mencuat karena kompetisi itu diikuti oleh insinyur dari berbagai penjuru dunia. Arfian dan Arie keluar sebagai juara pertama mengalahkan seorang doktor dari Swedia dan lulusan Oxford University yang bekerja di perusahaan Airbus.
Alhasil, pencapaian itu membuat branding Dtech Engineering sebagai perusahaan berskala internasional makin mantap. “Karena ada juga klien yang datang karena tahu kami memenangkan kompetisi itu,” ucap Arfian.

Banyak orang Indonesia menganggap seram pasar global. Padahal, menurut Arfian dan Arie, pasar global justru lebih menjanjikan. Kualitas menjadi modal untuk bertarung di pasar internasional. Lagipula, bisnis di pasar global bisa dimulai dari partai kecil.
Arfian mencontohkan pengusaha furnitur yang mau mengekspor produknya. “Banyak pengusaha berpikir pasar luar itu susah, harus modal besar dan quality control yang ketat. Padahal yang penting dimulai saja dari partai kecil,” ujarnya. 

Setidaknya ada dua kunci sukses jika mau berbisnis di pasar global, yakni ide dan eksekusi yang bagus. Tren pasar global yang selalu berubah juga harus diikuti perkembangannya. “Kalau tentang desain atau manufaktur, bisa belajar secara autodidak. Tetapi ide dan eksekusi ide itu hal mahal, yang tidak dimiliki semua orang,” tutur Arfian.         


Sumber: http://peluangusaha.kontan.co.id/news/kakak-adik-mendunia-meski-tanpa-gelar-sarjana/2014/12/11

Friday, January 30, 2015

Budidaya Katak Hijau Peluang Menjanjikan

. Friday, January 30, 2015
1 comments

Foto:  www.caraijo.com
Budidaya katak hijau atau bullfrog menjadi salah satu peluang usaha yang memungkinkan dapat dikembangkan di wilayah Kabupaten Kulonprogo. Budidaya hewan ampibi ini tidak membutuhkan ruangan luas, mudah dalam pemeliharaan dan lebih menguntungkan.

Ramli Samosir (40) seorang warga Durungan RT49/22, Kelurahan/Kecamatan Wates sudah dua tahun terakhir melakukan ujicoba budidaya katak hijau di beberapa kolam kecil di samping rumahnya.

Mulai kecebong dari hasil penetasan sampai menjadi katak untuk ukuran konsumsi, sudah laku terjual dengan harga bervariasi. Harga kecebong umur satu bulan sekitar Rp 250 per ekor dan setelah menjadi percil umur tiga bulan berkisar diantara Rp 1.000 – Rp 1.200 per ekor dan 450 – Rp 500 per ekor.

Katak hijau untuk ukuran konsumsi umur sekitar enam sampai tujuh bulan, harga di pasaran sekitar Rp 40 ribu sampai Rp 50 ribu per kilogram (kg). Katak hijau 1 kg berisi antara enam sampai tujuh ekor.

Banyak orang dari berbagai daerah datang ke rumah Ramli Samosir sekadar untuk belajar budidaya atau membeli katak hijau. “Pada awalnya hanya hobi dengan membeli satu pasang indukan ke rumah teman yang sudah lebih dulu budidaya katak hijau,” kata Ramli.

Penasaran dengan kecebong katak hijau, Ramli membeli telur katak untuk ditetaskan. Satu pasang indukan yang dibeli dari temannya bertelur dan berhasil menetas menjadi sekitar 3.000 kecebong. Selama dalam pemeliharaan mulai dari kecebong sudah laku terjual.

Di kolam  sekitar ukuran 1,5 X 1,5 meter diisi sekitar 100 pasang indukan. Setiap ada yang siap bertelur disendirikan bersama pejatan di kolam pemijahan. Hanya dalam waktu beberapa hari, telur sudah menetas menjadi kecebong.

Menurutnya, untuk memelihara katak hijau jenis bullfrog, tidak sulit.  Setiap hari diberi pakan dua kali, menggunakan pelet yang biasa diberikan untuk makanan lele.

Untuk kecebong umur 13 hari sampai dua bulan diberikan pelet ukuran denol. “Air kolam harus sering diganti sekitar lima hari sekali. Jika air kotor dibiarkan, katak mudah terserang jamur,” ujarnya. (Ras)

Sumber:  http://krjogja.com/read/165893/budidaya-katak-hijau-peluang-menjanjikan.kr

Monday, January 26, 2015

Kampiun Ekspor yang Dulu Nyaris Gulung Tikar

. Monday, January 26, 2015
0 comments

PT Zenith Almart Precisindo adalah produsen-eksporter yang berhasil menyabet penghargaan Primaniyarta. Produk yang diekspornya unik, berupa spare parts yang sangat presisi untuk industri Valves, Pumps, Machinery, Generator, Metallurggy Machinery Parts, Precision Parts, Automotive, Metal, dan Oil and Gas. Bagaimana lika-liku PT Zenith Almart Precisindo menjadi kampiun ekspor meski sempat kolaps dalam operasionalnya? Allan Changrawinata, CEO PT Zenith Allmart Precisindo, memaparkannya kepada Fardil Khalidi dari SWA Online:

Bagaimana cara PT Zenith Allmart Precisindo dulu pertama memulai ekspor ?
Sedikit gambaran, PT Zenith Allmart Precisindo itu dibangun pada tahun 2006. Namun memulai ekspor pertama tepatnya pada awal tahun 2011. Kami mulai mengerjakan projek dari Eropa, yang paling besar adalah KSB dari Belanda, untuk industri valves and pumps. Kami sudah memamsok ke 9 negara, beberapa diantaranya adalah Belanda, Jerman, Swedia, Swiss, Australia, Amerika, Jepang, Denmark.
Adapun untuk bahan baku yang kami pasok adalah stainless steel, bisa dikatakan limbah dari industri kami, yang kami bentuk menjadi sebuah partisi, katakanlah untuk turbin, hingga alat bantu penyanggah tulang, sehingga bisa menjadi sesuatu yang valuable. Nah bagi Negara-negara industri di Eropa, seperti Belanda misalnya, mereka bisa memanfaatkan satinless steel untuk menambahkan added value produk mereka.
Kenapa kami pada akhirnya melakukan aktivitas ekspor ini, setidaknya karena Eropa sebagai satu unity industri dari tahun 2000-an ke atas itu sudah merasakan imbas secara langsung dari adanya krisis, yang memaksa outsource-outsource mereka tutup. Ini juga terkait dengan competitiveness-nya. Akhirnya apa? Mereka mencari mitra dari negara – negara berkembang seperti Indonesia, Myanmar, Kamboja, untuk supply mereka punya needs. Ditambah lagi budaya orang-orang Eropa yang pada umumnya enggak mau kerja di atmosfer sekian ratus derajat (alasan safety), membuat Asia menjadi memiliki peluang untuk mengisinya.
Kemudian alasan selanjutnya adalah karena bisa dikatakan Indonesia sendiri belum ada yang mampu mengolah limbah stainless steel untuk menciptakan sebuah something valuable. Namun Eropa, punya formulasi untuk itu, terutama untuk industri Oil and Gas, Machinery, valves and pumps, generator, dan lain sebagainya. Ketika kami ekspor ke perusahaan-perusahaan di sektor tersebut, yang membutuhkan stainless steel kami, tentu bisa menjadi sesuatu yang berguna.

Bagaimana ia mendapatkan buyer pertama?
Buyer pertama kami bisa dibilang adalah Tyco International. Nah ini ceritanya menarik nih. Jadi gini, ketika tahun 2008 – 2010 , kami sempat mengalami keadaan seperti mati suri. Ini keadaannya sebelum kami bermain di Eropa. Nah pada saat itu, tiga tahun kami tidak ngerjain apa – apa, bahkan sebulan kerjanya cuma 2 hari saja, dan itu rasanya zonk banget. Bayangkan, pemasukan tidak ada, namun biaya operasional terus mengalir. Dan kita sempat memutuskan untuk tutup saja perusahaan ini. Tahu enggak? Ini tuh karena efek domino dari krisis industri global. Dan akhirnya perusahaan-perusahaan yang tadinya PO (pre order) sama kita, berangsur-angsur cancel.
Namun ada satu perusahaan yang bagi kami udah kayak malaikat banget. Yakni Tyco International, perusahaan valves terbesar di dunia. Sesuatu yang tidak disangka, ia mau meminjamkan balance ke pada kita agar kita tetap beroperasi. Padahal secara kedekatan, Anda bisa bayangkan deh, kita di Indonesia dia di Amerika, intensitas bertemu secara sering saja tidak. Tapi kata mereka, “It’s because your personal reputation”. Memang sih saya sempat berkarier di Foundry Precision / Lost Wax Investment Foundry sebagai General Manager (GM) di sana. Alasan yang lainnya adalah, Tyco ini melihat bahwa sangat disayangkan sebuah perusahaan yang bisa menjadi complement untuk kemajuan industri dia tutup. Begitu ceritanya.

Seperti apa dinamika awal saat memulai ekspor? Kesulitannya apa dan bagaimana hingga kemudian terus berkembang?
Ekspor, partisi engineering. Saya mencatat bahwa persaingannya lebih ke arah open technology, atau open knowledge. Indonesia (kami), bisa membuat partisi pumps misalnya, dan sudah comply dengan requirement-nya, namun Tiongkok, India, juga bisa membuat hal yang serupa. So jadi, bagi pelaku tender, mereka masa bodo dengan keunggulan tiap-tiap applicant-nya. Selama yang diminta complient, mereka enggak bakal bayar lebih meskipun produk kita misalnya lebih unggul beberapa level dibanding kompetitor. Tapi begitu tidak compliant, bye-bye!
Kemudian tantangan lainnya yang kami hadapi adalah, menyesuaikan dengan harga komoditas universal. Maksudnya begini, kadang ketika harga pokok elemen-elemen industri itu ada perubahan, nah itu imbasnya terasa banget terhadap aktivitas ekspor. Misalnya, bisa jadi cost production-nya jadi meningkat karena misal harga minyak dunia meningkat. Nah, di sini kami perlu jeli membaca dinamika ini, sehingga begitu ada perubahan harga dunia, kami langsung klaim pertambahan harga ke perusahaan yang menerima ekspor kami.
 
Apa sih kiat-kiat ekspor Anda sehingga bisa terus berkembang hingga saat ini?
Yang kami pegang adalah follow rules and regulations. Dengan KSB ini kami kan supply parts untuk high risk pumps- ya. Nah, di Eropa KSB ini punya pesaing terberat yakni Grundfos dari Denmark. Namanya naluri bisnis orang kan pasti pengen sebanyak mungkin handle klien kan? Tapi di kita tidak. KSB punya regulations ke kita di mana kita enggak boleh supply ke Grundfos, ya kita patuhi agreement-nya. Dan kira-kira seperti itu yang juga kita implementasikan untuk klien-klien kami yang lainnya. Sehingga nantinya apa? Dapat terjalin suatu hubungan yang berkesinambungan.
Kemudian yang kedua kami tanamkan feel secure. Kami ada klien yang bernama Alstom. Kami mengisi pengerjaan untuk pembuatan salah satu komponen turbinnya. Satu butirnya itu dihargai US$ 2 – 3. Tapi kan itu butuh 30.000 pcs unuk mengisi keseluruhan turbinnya. Katakanlah 100 di antaranya pecah, nah ini yang bahaya, bisa enggak optimal nanti turbinnya. Oleh karena itu quality control-nya benar-benar dijaga. Kita yakinkan bahwa Astom secure menggunakan partisi dari kita, dan tentu saja bisa long lasting. Caranya, kalau pada umumnya batas toleransinya itu sampai 0.03 mili, maka ketelitian kami sampai 4 micron (0.004 mili).
Karena kami sadar, untuk masuk ke level internasional, level of trust-nya dari mana sih? Kalau tidak dari portofolio ya references kan? Nah, itu yang coba kami maintan. Dengan meng-handle perusahaan-perusahaan sebesar Tyco, Alstom, KSB maka modal banget buat masuk ke perusahaan-perusahaan lainnya.
Pernah mengalami keadaan jatuh bangun ketika menjalankan ekspor ini?
Pernah. Umumnya adalah masalah shipping. Kadang kita supply hingga ratusan ribu ppm (part per million), namun beberapa saat kemudian 1.073 di antaranya returned / rejected. Dengan alasan pecah atau sejenisnya. Hal ini menurut kami wajar, sudah menjadi risiko, karena benturan saat pengiriman lewat kapal laut bisa saja terjadi. Kemudian keadaan jatuh bangun yang lain, itu lebih kepada aktivitas kami di tahun 2008 – 2011 yang mana pada saat itu bisa dibilang mati suri.

Bicara soal kualitas, saya mencatat anda concern sekali masalah ini. Apa kiat-kiatnya?

Bukan berarti sombong atau bagaimana, tapi PT Zenith Allmart Precisindo adalah satu-satunya perusahaan peleburan yang mempekerjakan dua Black Belt (sebutan bagi kasta tertinggi untuk level engineer). Dengan begini, saya bisa mengadopsi filosofis bisnis ala jepang: siapa yang efektif dia yang menang.
Dengan adanya Black Belt, kami bisa melakukan analisis internal apabila terjadi perubahaan harga. Misalnya ketika energy cost naik, kami menganalisis pada level apa pekerja mesti ditambah, atau produktivitasnya lebih digenjot. Misalnya yang tadinya mengerjakan 2 menjadi 3. Kemudian misalnya tadinya 2.000, ditambah menjadi 2.200 labour.
Black Belt juga punya peran sentral terhadap produktivitas semua lini usaha, termasuk saya sebagai CEO. Karena ia paham betul bagaimana mengontrol kualitas, menerapkan inovasinya sehingga operasional berjalan secara efektif dan efisien, serta menganalisis sejauh mana operasional dapat influenced banget terhadap profitability, dan lain sebagainya.
Data nama produk yang diekspor :
Valves, Pumps, Machinery, Generator, Metallurggy Machinery Parts, Precision Parts, Automotive, Metal, Oil and Gas. Satu yang belum bisa dimasuki, atau dalam tahap pengkajian, yakni Aircraft. Karena jauh lebih complicated dibandingkan produk lainnya

Data perkembangan ekspor selama 3 tahun terakhir

Selama 3 tahun terakhir; maka tahun 2011 baru memulai memasuki pasar Eropa. Berangsur – angsur 2012 – 2013, PT Zenith Precisindo merambah ke Australia – Jepang, beberapa negara Eropa, seperti Jerman, Swedia (Machinary) dan Swiss.

Sumber:  http://swa.co.id/entrepreneur/kampiun-ekspor-yang-nyaris-gulung-tikar

Thursday, January 22, 2015

Indofood Makin Mantap Berkat Diversifikasi

. Thursday, January 22, 2015
0 comments

Foto:
Tribunnews.Com/ Hendra Gunawan
Kelompok usaha keluarga Salim memperluas bisnis usaha. Grup Salim, melalui PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) merambah bisnis pengolahan makanan berbasis protein hewani.

Merujuk keterbukaan informasi 19 Desember 2014, INDF bekerjasama dengan BRF S.A, sebuah perusahaan publik asal Brasil. Nantinya, keduanya mendirikan perusahaan patungan alias joint venture di bisnis poultry dan pengolahan makanan.

Kedua belah pihak telah menandatangani nota kesepahaman pada 19 Desember 2014. Werianty Setiawan, Direktur INDF mengatakan, keduanya akan memegang 50% kepemilikan saham perusahaan patungan. Sementara nilai investasi US$ 200 juta dalam jangka waktu tiga tahun.

Analis Batavia Prosperindo Sekuritas, Andy Ferdinand mengatakan, diversifikasi bisnis akan berdampak positif bagi kinerja INDF. Menurut dia, BRF akan menjadi penyedia teknologi dan pengetahuan seputar makanan protein hewani. Sebab, BRF sudah berpengalaman dalam bisnis tersebut. Sedangkan INDF sebagai distributor. "Jangkauan distribusi Indofood cukup luas," ujar dia.

BRF adalah produsen protein hewani beku terbesar di dunia yang telah ekspor ke 110 negara di lima benua. Princy Singh, Analis JP Morgan dalam riset 22 Desember 2014 mengatakan, pangsa pasar BRF hingga 32% di Brasil.  Namun sayangnya di Indonesia, keduanya masih belum membeberkan rencana produksinya.

Menurut Princy, selama ini ada empat emiten besar yang memegang market share hingga 80%. Dua pemegang market share terbesar adalah PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) memiliki 40% dan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) dengan market share 25%.

"Kami rasa joint venture ini akan berfokus pada produk segar, namun dalam tahap awal jangkauan produksi masih terbatas pada produk ayam kemasan," tulis Princy. Dia juga memproyeksikan, perusahaan hasil patungan ini juga akan berinvestasi pada, sistem distribusi, infrastruktur penyimpanan beku, dan teknologi. 

Baik Princy maupun Andy masih belum dapat memproyeksikan besaran pendapatan atau keuntungan yang akan diperoleh INDF ke depannya. "Tergantung berapa besar produksinya berapa untuk per tahunnya," ujar Andy.

Namun, Andy yakin, hasil bisnis ini dalam jangka panjang cukup positif. Apalagi, produk bisnis kemungkinan adalah daging ayam. Sebab menurut Princy, bisnis daging sapi kemasan kurang menguntungkan dalam jangka pendek. Sebab, biaya operasional cukup besar dan pendapatan cenderung kecil.

Secara bisnis konsumer masih menjadi primadona untuk mendukung kinerja INDF ditengah rendahnya harga minyak kelapa sawit.  Analis Indo Premier Securities, Julianto Wongso memprediksikan, tahun ini pendapatan akan mencapai Rp 68,48 triliun dan menjadi Rp 74,35 triliun di 2015. Sedangkan laba bersih menjadi Rp 4,2 triliun di 2014 dan Rp 4,62 triliun di tahun depan.

Julianto dan Andy merekomendasikan, beli dengan target masing-masing di Rp 8.600 dan di Rp 8.200. Sedangkan Princy merekomendasikan netral di harga Rp 6.550. Selasa (30/12) harga INDF naik 1,89% ke Rp 6.750. (Sinar Putri S.Utami)

Sumber:
http://www.tribunnews.com/bisnis/2014/12/31/indofood-makin-mantap-berkat-diversifikasi

Sunday, January 18, 2015

Anton Soeharyo, Iseng-Iseng yang Mengalirkan Miliaran Rupiah

. Sunday, January 18, 2015
0 comments

Anton Soeharyo  (Foto:  Kontan/Dok pribadi)
Game online punya banyak penggemar di Indonesia. Selain game asing, banyak juga game lokal karya anak muda Indonesia yang sukses di pasaran. Salah satu developer game lokal adalah Anton Soeharyo di Jakarta. Mengusung nama perusahaan Touchten, Anton sukses memproduksi 20 game dengan 10 juta orang pengguna. Game buatannya di antaranya adalah Shushi Chain, Ramen Chain, Infinite Sky, Teka Teki Saku, Amazing Cupid, Train Legend, dan Fun Toilet Game. Touchten berdiri tahun 2009. Anton sebenarnya iseng-iseng saja memulai bisnisnya. Kebetulan ia juga hobi bermain game.

"Awalnya, saya iseng menginvestasikan uang jajan dari orangtua saat kuliah untuk membuat game platform IOS iPhone," ujar sarjana hubungan international lulusan dari universitas di Jepang ini.

Ia sengaja membuat game berbasis IOS iPhone karena ponsel pintar itu banyak peminatnya di seluruh dunia. Lantaran iseng, awalnya ia hanya membuat game di Apps Store. Lantaran tidak pernah mengenyam pendidikan komputer, awalnya Anton berpikir mustahil bisa membuat game.

"Tapi, setelah saya geluti dan seriusi, pekerjaan ini menjadi gampang dan menyenangkan dengan memahami training dan tools-nya," ujarnya.

Anton mengaku bangga menjadi developer game. Sebab, banyak karyanya yang disukai dan membuat mereka senang dengan permainan tersebut.   Untuk membesarkan usahanya, Anton melibatkan adik dan sepupunya. Kebetulan, saudaranya ini memiliki latar belakang pendidikan ilmu komputer. Dengan bergabungnya mereka, kini Touchten semakin produktif membuat game-game terbaru.

Menurut Anton, proses pembuatan sebuah game bisa menghabiskan waktu sekitar tiga sampai dengan enam bulan. Proses awalnya dengan membentuk sebuah tim yang bertugas melakukan game pitching day atau pengembangan ide. Masing-masing anggota tim menyatukan ide tentang game yang akan dibuat. Inspirasinya bisa datang dari game yang sudah pernah dimainkan. Namun, tema, grafis, dan avatarnya diubah sesuai keinginan mereka. Setelah menemukan ide, prosesnya dilanjutkan ke tim programmer dan grafis. "Kami memiliki dua orang programmer dan dua orang grafis," katanya.

Programmer bertugas membuat prototipe game, sementara tim grafis membuat konsep. Setelah itu, game memasuki tahap pembuatan (develope). Total biaya pembuatan satu game ini rata-rata tidak lebih dari 20.000 dollar AS. Nah, setelah game itu selesai dibuat, barulah Anton memasarkannya di Apps Store IOS dan Play Store Google. Menurut Anton, tahapan tersulit dan dalam bisnis game online ini adalah kegiatan marketing-nya. Soalnya, kompetitor bisnis ini sangat ketat. Setiap hari puluhan ribu game baru muncul. 

"Butuh usaha lebih bagaimana developer game memasarkan supaya bisa menjadi nomor satu dan bisa menonjol dibanding game lain," ujarnya.

Anton mengaku bisa mengantongi omzet dari satu game sebesar 10.000 dollar AS per bulan. Adapun total omzetnya ialah sekitar 200.000 dollar AS atau lebih dari Rp 2 miliar per bulan. (Izzatul Mazidah)

Sumber:
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/12/25/132808326/Anton.Soeharyo.Iseng-Iseng.yang.Mengalirkan.Miliaran.Rupiah