![]() |
Restya Winda Astari developer game lokal Agate Bandung (foto: Luthfi/Okezone) |
Masa sekarang ini bisa dikatakan sebagai era teknologi, dimana kemajuan
teknologi berkembang dengan pesat dan mampu melibatkan banyak orang. Salah satu
teknologi yang berkembang dengan pesat adalah teknologi yang berhubungan dengan
game developer. Banyak anak muda dari seluruh penjuru dunia yang berkutat pada
dunia ini karena dipandang memiliki prospek yang cerah. Dan untunya, kesempatan
itu juga banyak ditangkap oleh banyak anak muda di negeri kita.
Salah satunya adalah seorang programmer wanita muda asal Malang, Jawa Timur,
Restya Winda Astari. Kesehariannya bekerja sebagai IT di perusahaan developer
game lokal, Agate Bandung. Restya, di
usianya yang masih 26 tahun ini terbilang sukses menunjukkan bakat dan
kemampuannya di bidang IT programmer game developer yang digelutinya sejak
masih di bangku kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB).
“Berawal dari kesukaan bermain game sejak masih di sekolah dasar, sekarang
justru jadi bagian dari pembuat game anak-anak. Bangga saya,” ujar Restya saat
berbincang dengan Okezone di kantornya di Bandung, Jawa Barat,
beberapa waktu lalu.
Bukan hanya itu, dari tangan terampilnya, para gamers mengenalnya sebagai
wanita muda dengan bakat luar biasa. Banyak karyanya yang dikenal luas, salah
satunya game Jokowi yang kini tenar, adalah hasil garapannya bersama tim Agate.
Tujuh tahun bergelut di dunia IT baginya adalah tantangan, terutama
melakukan pekerjaan yang selama ini di dominasi kaum Adam. Sejak masuk Agate
2011, Restya dihadapkan dengan tantangan oleh perusahaan, selain mampu membuat
game dengan idenya sendiri, juga mampu jualan game-gamenya itu.
Dan kini, ia menempati posisi sebagai produser (istilah pimpinan unit yang
mengkomandoi perusahaan game) dengan membawahi banyak anak buah yang sebagain
besar justru laki-laki.
Sejak SMA
Bakat yang dimiliki Retsya itu sudah
terlihat sejak duduk di bangku SMA, dimana ia mampu membuat software edukasi.
“Sejak SMA memang suka bikin software edukasi, dan ketika kuliah pun sudah
coba-coba membuat bikin game mobile, baru setelah itu PC,"
Ia menceritakan, ketika itu,
insiatif membuat project game sosial yang ditujukan bagi anak-anak dan
kesehatan. “Dasarnya memang suka dengan ilmu komputer sejak SMP dan ketika SMA
belajar lebih serius mengenai apa itu programing, hingga tertaruk bikin
interaktif. Ikut lomba juga berkali-kali di malang dan waktu itu juara tiga,”
ceritanya malu-malu.
Wanita berkerudung ini pernah
membuat game untuk brand anak-anak dan mendapatkan Award Inaicta tahun 2013,
saat itu playernya mencapai ribuan. "Ini sebagai game yang paling berkesan
dari yang pernah saya kerjakan," tuturnya.
Ia juga pernah membuat game sosial
yang ternyata bisa dimainkan untuk orang yang difabel fisik. Selain juga banyak
game-game untuk sosialisasi alat-alat kesehatan.
Tantangan
Kalau dibilang ini pekerjaan laki-laki, Restya mengaku adalah orang yang
pertama kali menentang kalimat tersebut. “Saya paling keras mengatakan tidak,”
ujar Restya yang mengaku ingin membuat perusahaan game sendiri.
Menurutnya, pekerjaan ini sangat mengasikan buat perempuan siapapun juga.
Jadi bila ada wanita yang ingin terjun di dunia ini tentu hebat sekali.
Tantangan akan dihadapi oleh wanita siapapun juga yang mau mencobanya, dan bila
berhasil akan terasa nikmat.
Tantangan, suka dan duka dialami Restya dalam menjalankan profesi sebagai
programmer IT game selama 7 tahun ini. Apalagi, bila sedang menjalankan sebuah
projek baru dimana dibutuhkan sebuah kejelian, ketelitian, detil, hati-hati,
dan keberanian dalam mengeksplorasi ide-ide segar yang mampu menghasilkan karya
besar.
Terlebih di Agate tempat ia bekerja di dominasi oleh kaum pria dengan
perbandingan 1-5. Ini justru tantangan bagi kita kaum perempuan dan dia
berharap ke depan banyak para developer game lokal baru adalah kaum perempuan.
“Kesukaan laki-laki dan perempuan dalam bermain game beda karakter dan
situlah kita banyak meminta masukan ke mereka (pria),” ungkap wanita yang sejak
kecil suka main game Prehistoric 2. Selain sibuk dengan pekerjaannya sebagai
pengembang game lokal, Retsya juga menularkan ilmunya dengan mengajar sebagai
dosen di ITB tempat dahulu ia menimba ilmu.
Sumber:
0 comments:
Post a Comment